RAHMAT KEMARTIRAN

Kamis 30 Jun 2016

Pfak Para Martir Pertama di Roma

Maka orang banyak yang melihat hal itu takut lalu memuliakan Allah yang telah memberikan kuasa sedemikian itu kepada manusia (Mat 9:8)

Am 7:10-17; Mzm 19:8-11;
Mat 9:1-8
---o---

Pada hari ini, bersama dengan seluruh Gereja, kita memperingati keberanian dan keteguhan iman pa-ra martir pertama di Roma. Menjadi martir berarti mati demi iman akan Yesus Kristus. Kemartiran menun-jukkan pengharapan seseorang akan kehidupan kekal sebagai ganjaran dari penderitaan yang dilewatinya.

Menjadi martir bukan hanya berarti harus menumpahkan darah. Dalam Gereja ada yang dinamakan martir putih. Mati sebagai martir putih berarti menanggung seluruh penderitaan dalam batinnya sampai akhir hayat. Penderitaan batin yang dimaksud di sini berarti berusaha untuk menyangkal diri, mematikan keinginan dan nafsu-nafsu diri serta mau merendahkan diri dan rela dihina, dilupakan dan tidak dihargai. Mereka yang mati sebagai martir putih mungkin kurang dikenal, namun tindakan mereka ini besar artinya dan sangat berharga di mata Allah seperti yang Yesus katakan kepada Beato Henri Susso. Darah para martir baik martir merah maupun putih menjadi lahan yang subur untuk benih-benih iman dalam Gereja.

Allah memberikan kuasa tidak hanya untuk menga-dakan mujizat atau mengusir setan, melainkan juga untuk menanggung segala penderitaan dalam kehidupan kita. Tanpa rahmat Allah, seseorang tidak akan mungkin mampu menanggung penderitaan walau hanya sesaat.

(Fr. Elverace de Santos, CSE)

Sumber:
Buku renungan harian "SABDA KEHIDUPAN"
FB: http://www.facebook.com/renunganpkarmcse
Web: http://www.renunganpkarmcse.com
     


Terima kasih sudah membaca RenunganPKarmCSE.com. Semoga menjawab kerinduan Saudara/i akan sabda-Nya yang hidup. Dan boleh semakin membawa Saudara/i pada keselamatan melalui sabda-Nya. Berbahagialah orang yang merenungkan sabda Tuhan siang dan malam.

---