BUTA ROHANI
Selasa 06 Jun 2017Pfak S. Norbertus, Uskup Dimana gerangan kebajikanmu? Dimana amalmu? (Tb 2:14) Tb 2:9-14; Mzm 112:1-2,7-9; Mrk 12:13-17 ---o---
Kita seringkali mengalami kebutaan rohani ini. Apakah yang dimaksud dengan kebutaan rohani itu? Ketika kita tidak mau mendengarkan, menolak pendapat orang lain dan menganggap bahwa diri kita benar, inipun bua rohani.
Kita renungkan kisah Tobit ini. Dia buta sejak kejatuhan kotoran burung. Namun kegelapan lahiriahnya ini membuat kehidupan rohaninya tidak berkembang. Mungkin dia merasa gagal sebagai suami dan kepala keluarga. Harga dirinya hancur dan malu karena harus bergantung hidup pada isterinya, seorang perempuan lemah. Tobit buta secara fisik dan rohani. Penderitaannya mengakibatkan isterinya lebih menderita lagi karena perlakuan dan tuduhan kasar dari suami yang dicintainya. Ketidakpercayaan merupakan tanda kesombongan yang dapat menghancurkan diri dan sesama. Kita pun perlu bertanya pada diri sendiri, Dimana gerangan kebajikanmu? Dimana amalmu?... Kebutaan rohaninya menyebabkan kita sulit membedakan mana yang benar dan salah.
Demikian juga yang dilakukan orang-orang Farisi pada Injil hari ini. Mereka buta, sehingga tidak menyadari lagi tentang kebenaran ilahi berusaha mencari kesalahan Yesus. Bagaimana dengan Anda? Mungkin Anda merasa benar terhadap pandanganmu sendiri, akan tetapi belum tentu benar dan baik bagi orang lain. (Sr. M. Priska, P.Karm) Sumber:
Buku renungan harian "SABDA KEHIDUPAN"
FB: http://www.facebook.com/renunganpkarmcse
Web: http://www.renunganpkarmcse.com
Terima kasih sudah membaca RenunganPKarmCSE.com. Semoga menjawab kerinduan Saudara/i akan sabda-Nya yang hidup. Dan boleh semakin membawa Saudara/i pada keselamatan melalui sabda-Nya.
Berbahagialah orang yang merenungkan sabda Tuhan siang dan malam.