SEMUANYA `SAYA`
Minggu 04 Agust 2019Hari Minggu Biasa XVIII `Tetapi firman Allah kepadanya: Hai engkau orang bodoh, pada malam ini juga jiwamu akan diambil dari padamu, dan apa yang telah kausediakan, untuk siapakah itu nanti? Demikianlah jadinya dengan orang yang mengumpulkan harta bagi dirinya sendiri, jikalau ia tidak kaya di hadapan Allah` (Lukas 12:20-21) Pkh 1:2; 2: 21-23; Mzm 90: 3-6.12-1417; Kol 3:1-5.9-11; Luk 12:13-21 ---o---
Si orang kaya kebingungan menyimpan hartanya, maka ia membuat lumbung, menimbun semua hartanya, lalu menikmati hidup. Cukup menarik bagaimana si kaya memusatkan semuanya dengan menggunakan kata `aku` atau `saya`. Semuanya diarahkan kepada `saya`: `harta saya, usaha saya, lumbung saya, dan hidup saya`. Tidak sedikit pun dia memikirkan orang lain.
Tentunya, ia tidak bodoh karena bisa mengumpulkan dan mengelola harta sekian banyak. Namun, Allah menyebutnya `orang bodoh` dan `tidak kaya di hadapan Allah`. Mengapa? Apa maksud `bodoh` dan `tidak kaya` dari sudut pandang Allah?
Dia bodoh karena dengan menganut prinsip yang berpusat pada `saya, saya, saya`, maka dia mengelola hartanya hanya untuk menjadi kaya di dunia. Dia hanya memikirkan hidup di dunia ini yang hanya sesaat dan tidak memikirkan hidup yang abadi kelak.
Seharusnya, dia bisa memanfaatkan hartanya untuk menjadi kaya di surga dengan memakai prinsip cintakasih, belaskasih, kemurahan hati. Misalnya, dia bisa memakai hartanya untuk menolong orang miskin, dsb. Jika demikian, dia mengumpulkan harta surgawi dan dia menjadi kaya di hadapan Allah. (Rm. Epiphanius Maria, CSE) Sumber:
Buku renungan harian "SABDA KEHIDUPAN"
FB: http://www.facebook.com/renunganpkarmcse
Web: http://www.renunganpkarmcse.com
Terima kasih sudah membaca RenunganPKarmCSE.com. Semoga menjawab kerinduan Saudara/i akan sabda-Nya yang hidup. Dan boleh semakin membawa Saudara/i pada keselamatan melalui sabda-Nya.
Berbahagialah orang yang merenungkan sabda Tuhan siang dan malam.