Saat Kejujuran Menyakitkan

Senin 31 Agust 2020

Mendengar itu sangat marahlah semua orang yang di rumah ibadat itu. Mereka bangun lalu menghalau Yesus ke luar kota dan membawa Dia ke tebing gunung, [...] untuk melemparkan Dia dari tebing itu (Luk 4:18-19)

1Kor 2:1-5; Mzm 119:97-102; Luk 4:16-30
---o---

Kita semua memiliki kelemahan, baik yang kita sadari dan kita akui, maupun yang tidak kita sadari atau tidak mau kita akui/terima. Ketika orang lain menunjukkan kelemahan yang tidak mau kita akui` biarpun hal itu merupakan kebenaran`kita tidak bisa menerimanya; kita menjadi sakit hati bahkan marah. Kejujuran menjadi hal yang menyakitkan karena kita tidak mau menerima kelemahan kita.

Inilah yang terjadi dengan orang-orang Nazaret dalam bacaan Injil hari ini. Mereka tahu siapa Yesus karena Yesus dibesarkan di Nazaret. Maka, mereka tidak pernah menyangka bahwa Yesus memiliki hikmat dan bisa melakukan mukjizat seperti para nabi. Mereka menolak-Nya. Mereka marah karena Yesus mengungkapkan kebenaran yang tidak mau mereka akui, bahwa mereka tidak mau percaya kepada Yesus, sebagaimana nenek moyang mereka yang tidak percaya dan tidak mau menghargai para nabi Israel, `Tidak ada nabi yang dihargai di tempat asalnya` (Luk 4:24).

Supaya kebenaran dan kejujuran tidak menyakitkan, kita harus terus berusaha untuk mengenali diri kita sendiri serta menerima kelemahan-kelemahan yang selama ini tidak mau kita akui. Justru ketika orang lain menunjukkan kelemahan yang tidak kita sadari atau akui, kita harus berterima kasih, karena dengan demikian kita dibantu untuk semakin mengenal diri kita sendiri.

(Rospinawaty)

Sumber:
Buku renungan harian "SABDA KEHIDUPAN"
FB: http://www.facebook.com/renunganpkarmcse
Web: http://www.renunganpkarmcse.com
     


Terima kasih sudah membaca RenunganPKarmCSE.com. Semoga menjawab kerinduan Saudara/i akan sabda-Nya yang hidup. Dan boleh semakin membawa Saudara/i pada keselamatan melalui sabda-Nya. Berbahagialah orang yang merenungkan sabda Tuhan siang dan malam.

---