Sabdaku, Sabdanya atau Sabda Tuhan?

Jumat 02 Okt 2020

Pw Para Malaikat Pelindung

`Barangsiapa merendahkan diri dan menjadi seperti anak kecil ini, dialah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga` (Mat 18:3-4)

Kel 23:20-23; Mzm 91:1-6.10-11; Mat 18:1-5.10
---o---

Kadang-kadang saya mendapat tugas pengarahan kepada anak-anak SBI (Sekolah Bina Iman). Tentu tugas ini tidak sama dengan tugas pengarahan kepada orang dewasa ataupun muda-mudi. Salah satu keistimewaan anak-anak SBI adalah kepolosan dan kepercayaan mereka dalam mendengarkan dan menerima pengarahan. Umumnya, mereka percaya penuh pada apa yang disampaikan. Jiwa dan hati mereka seperti papan tulis yang masih kosong, putih dan bersih sehingga mudah untuk ditulis.

Kekosongan dan kepercayaan ini biasanya jarang dimiliki orang dewasa. Jika suatu sabda Tuhan disampaikan kepada orang dewasa yang seringkali begitu duniawi dan egois, tampaknya sabda ini harus melewati banyak mesin penyeleksi, yaitu teori, pendapat dan lainnya. Jika sabda Tuhan tidak menguntungkan, mereka akan tolak, gugurkan dalam hati dan pikiran, serta hal tersebut tidak mereka ijinkan hidup dalam diri mereka. Jika demikian, bagaimana bisa masuk Kerajaan Surga?

Sistem seleksi terhadap Sabda Tuhan ini berakar pada kesombongan yang lebih percaya dan mengandalkan sabda diri sendiri atau sabda sesama (bahkan sabda orang pinter) daripada Sabda Tuhan. Mari kita merendahkan diri seperti anak kecil yang mau menerima dan percaya penuh pada Sabda Tuhan. Tuhan adalah Tuhan. Sabda-Nya adalah Kebenaran.

(Sr. M. Andrea, P. Karm)

Sumber:
Buku renungan harian "SABDA KEHIDUPAN"
FB: http://www.facebook.com/renunganpkarmcse
Web: http://www.renunganpkarmcse.com
     


Terima kasih sudah membaca RenunganPKarmCSE.com. Semoga menjawab kerinduan Saudara/i akan sabda-Nya yang hidup. Dan boleh semakin membawa Saudara/i pada keselamatan melalui sabda-Nya. Berbahagialah orang yang merenungkan sabda Tuhan siang dan malam.

---