Sebagai manusia, kita cenderung lebih memilih hidup tanpa penderitaan dan rintangan. Begitupun Herodes. Karena sakit hati ditegur, ia ingin membunuh Yohanes, namun takut akan banyak orang yang memandang Yohanes sebagai nabi. Demi menjaga sumpahnya di depan banyak orang, permintaan sang istri Herodias melalui anaknya, untuk memenggal kepala Yohanes Pembaptis pun, ia kabulkan. Bukankah Herodes lebih mendengarkan keinginan manusia?
Hidup adalah pilihan, begitupun dalam mengambil keputusan dalam berbagai hal. Alangkah baiknya jika kita meneladan Nabi Yeremia. Sekalipun terancam dibunuh, ia tetap dengan lantang menyampaikan nubuat Allah bagi kotanya dan menyerukan pertobatan (bdk. Yer 26:13). Kehendak Allahlah yang dia lakukan.
Beranikah kita meneladan Yeremia? Ataukah, kita sering mencontoh Herodes?
*_Veronica_*
Sabtu 03 Agust 2024
Hari Sabtu Imam
Yer 26:11-16.24 Mzm 69:15-16.30-31.33-34 Mat 14:1-12
Sumber:
*Buku renungan harian "SABDA KEHIDUPAN"*
http://www.renunganpkarmcse.com
*Join WA-Grup RenunganPKarmCSE, klik (pilih salahsatu)*
https://chat.whatsapp.com/JzPU7imlf7p8LCi9xhqiZZ
atau
http://renunganpkarmcse.com/wagrup